google-site-verification=o7dmAl1BfZmYi5C22xt5cXQU_BIi4cUFp5SNTqyTPtI Interaksi Spacial - Geografi - Kelas XII - Geografi SMA dan SMK

Kami siap menghantarkan adik-adik camaba masuk Perguruan Tinggi Negeri dan Sekolah Kedinasan pilihan mu.

Interaksi Spacial - Geografi - Kelas XII

 Interaksi Spacial



A. Pengantar 

Gejala-gejala yang timbul, muncul akibat interaksi antara manusia dan lingkungannya. Peranan manusia atas interaksi tersebut sangat menonjol, terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam menjalani kehidupannya, penduduk dari suatu tempat harus berhubungan dengan penduduk dari tempat lain. Aktivitas perekonomian yang mereka lakukan menyebabkan terjadinya hubungan dagang, jual beli barang dan jasa. Dalam segala aspek, seperti sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan keamanan, selalu ada hubungan antara penduduk dari tempat yang satu dengan penduduk dari tempat yang lain, inilah yang disebut dengan interaksi. 

B. Potensi Desa dan Kaitannya Dengan Perkembangan Desa Kota 

Potensi desa adalah sumber daya suatu desa yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber daya mencakup keadaan alam, manusia, dan hasil kerja manusia. 

Perbedaan desa dengan kota sebenarnya adalah perbedaan pada jumlah manusia dan kegiatannya. Penduduk yang relatif jarang di pedesaan, mendorong masyarakat desa untuk hidup dari bidang pertanian. Jumlah manusia di tempat pemukiman itulah yang menentukan apakah anggota masyarakat, bisa atau tidak hidup dari pertanian yang merupakan bidang kehidupan utama di pedesaan. 

Ciri-ciri kehidupan di pedesaan adalah sebagai berikut:
1. Segala sesuatunya berjalan dengan lambat, tetapi dengan kepastian 
2. Suasana hangat atau akrab satu dengan yang lainnya 
3. Selalu ada perhatian yang positif dari anggota yang satu terhadap yang lain 
4. Adanya konfomita, tidak ada keinginan dari anggotanya untuk berbeda dari yang lain. 
5. Kehidupan dari bidang agraris.

Berdasarkan tingkat kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, desa diklasifikasikan sebagai berikut: 

a. Desa swadaya atau desa terbelakang 
Suatu desa yang memenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan hasil kerja masyarakat desa itu sendiri, sehingga penduduknya jarang berinteraksi dengan penduduk luar. Kurangnya interaksi menyebabkan desa tersebut sulit berkembang dan selalu terbelakang.
 
b. Desa swakarya atau desa sedang berkembang
Suatu desa yang setingkat lebih tinggi dari desa swadaya, karena desa ini sudah mampu mengembangkan potensinya dengan menjual hasil produksi mereka ke wilayah lain, apabila sudah dapat memenuhi kebutuhan desanya. Desa swakarya sudah dapat mengembangkan potensi alam walaupun belum maksimal. Selain itu, semangat gotong royong masih melekat pada masyarakatnya, walaupun sudah mulai menipis. Warga desa sudah sadar akan pentingnya pendidikan dan keterampilan'
 
c. Desa swasembada atau desa maju 
Suatu desa yang lebih maju dari desa-desa sebelumnya, karena desa ini sudah dapat mengembangkan potensi secara optimal, serta dapat menerapkan teknologi baru. Proses pemanfaatan sumber daya alam dapat berjalan dengan baik karena penggunaan teknologi baru tersebut. Desa ini tidak mengalami kesukaran untuk berhubungan dengan kota karena sudah tidak terisolir lagi. 

Beberapa potensi desa yang dapat dikembangkan, antara lain: 

1. Tanah 
Tanah merupakan potensi desa yang utama. Desa yang cepat berkembang biasanya memiliki tanah yang subur, dan penduduknya hidup sejahtera. Tanah sebagai potensi desa dapat berupa sawah, tegal, dan pekarangan. Sebagian tanah desa digunakan untuk permukiman. Tanah sebagai potensi desa terkadang mengandung bahan tambang.
 
2. Sumber air 
Sumber air digunakan untuk keperluan sehari-hari dan irigasi sehingga penduduk tidak bergantung pada air hujan untuk bercocok tanam. Potensi lain dari air adalah adanya sumber air panas yang memiliki kandungan mineral untuk mengobati penyakit kulit.
Contohnya, wisata air panas Ciater.
 
3. Iklim 
Daerah yang memiliki temperatur udara sejuk dan curah hujan cukup, cocok untuk kehidupan. Kegiatan-kegiatan, seperti pertanian, peternakan, maupun pariwisata akan maju dan berkembang. Hal tersebut akan mepengaruhi kemajuan desa yang bersangkutan.
 
4. Tanaman dan hewan 
Tanaman yang dimaksud di sini adalah tanaman bahan makanan atau tanaman perkebunan. Suatu desa yang dapat menghasilkan bahan makanan pokok, seperti jagung, padi, dan sebagainya, akan dapat menarik minat penduduk desa lain untuk datang dan membeli barang-barang yang dibutuhkan.
 
5. Manusia 
Yang dimaksud manusia adalah warga desa sebagai sumber tenaga yang mengolah potensi desa. 

Selain potensi fisis desa, ada juga potensi nonfisis desa, yaitu sebagai berikut: 
  • a. Pola hidup masyarakat desa berdasarkan gotong royong 
  • b. Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, dan organisasi sosial desa dapat memberikan bantuan sosial dan bimbingan bagi penduduk. 
  • c. Aparatur atau pamong desa yang kreatif dan disiplin. 
Jika desa ditinjau sebagai suatu hinterland (daerah pengaruh) terhadap kota adalah sebagai berikut: 
  • 1. Wilayah sumber bahan pangan bagi masyarakat kota 
  • 2. Sumber daya manusia pedesaan usia produktif merupakan sumber tenaga kerja. 
  • 3. Desa memiliki potensi keindahan alam yang masih asli, jauh dari keramaian kota dan polusi 
  • 4. Desa merupakan pusat industri kecil dan kerajinan tangan rakyat 

C. Struktur Ruang Desa dan Kota 

1. Struktur Ruang Desa 

a. Pengertian Desa 

Menurut Bintarto (1977), desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur geografis, sosial, ekonomi, politis, dan kultural yang ada di dalamnya, serta hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lainnya. 

b. Struktur Ruang Desa 

Di daerah pedesaan tanah-tanah masih luas, berupa tanah pekarangan, tanah tegalan, sawah, dan perkebunan. Oleh karena itu, daya dukung lahan pedesaan untuk rumah tinggal masih cukup luas. Jarak antara rumah yang satu dengan rumah yang lain masih cukup lebar. Jalan-jalan belum diaspal, meskipun ada sebagian yang sudah diperluas. Setiap rumah umumnya mempunyai halaman yang luas.

Dilihat dari bentuknya, persebaran desa dapat digolongkan sesuai daerahnya sebagai berikut:

 1. Bentuk Desa Menyusur Sepanjang Pantai 
Desa semacam ini terdapat pada daerah pantai yang landai. 

2. Bentuk Desa Terpusat 
Desa terpusat umunya terdapat di daerah pegunungan. Pemusatan tempat tinggal didorong oleh sifat gotong royong mereka. 

3. Bentuk Desa Linier di Dataran Rendah 
Permukiman penduduk di dataran rendah umumnya sejajar dengan jalan raya yang memotong desa. Jika penduduk bertambah, maka permukiman akan berkembang searah jalan raya di belakang permukiman lama. 

4. Bentuk Desa yang Mengelilingi Fasilitas 
Bentuk desa yang mengelilingi fasilitas juga melingkar, seperti halnya desa di pegunungan. Yang menjadi pusat pemekaran adalah fasilitas desa. Jika didirikan industri kecil dapat ditempatkan di arah mana saja sesuai keinginan. 

Dilihat dari pola desa maka desa dapat digolongkan dalam beberapa macam antara lain sebagai berikut:

 1. Memanjang Jalan 
Pada daerah-daerah tertentu (daerah-daerah yang jauh dari kota) , desa-desa tersebar di sepanjang jalan. Khususnya jalan raya yang terletak di daerah dataran dan menghubungkan dua kota. Desa-desa tersebut merupakan dan menghubungkan dua kota. Desa-desa tersebut merupakan line village atau pola desa yang memanjang (jalan). 

2. Memanjang Sungai 
Pola memanjang sungai terdapat di kiri kanan sungai yang airnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Pola desa semacam itu juga merupakan line village atau pola desa yang memanjang (sungai). 

3. Radial 
Pola desa radial atau menjari terdapat pada daerah vulkan atau gunung api, biasanya pada kanan kiri sungai-sungai di lereng gunung tersebut. 

4. Tersebar 
Pola terbesar terdapat pada daerah pegunungan kapur (karst). Biasanya antara desa satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh jalan setapak. Desa-desa di daerah pegunungan kapur tersebar pada lembah-lembah bekas uvala yang dekat dengan air dan tanahnya subur. Air di daerah ini adalah air hujan yang tertampung pada cekungan yang disebut doline. 

5. Memanjang Pantai 
Pola desa memanjang pantai, biasanya terletak pada pantai yang landai. Desa-desa di pantai tersebut merupakan desa nelayan, yang mata pencaharian penduduknya dari menangkap ikan di laut. 

6. Memanjang Pantai dan Sejajar Jalan Kereta Api 
Pola desa memanjang pantai dan sejajar jalan kereta api, terdapat di daerah pantai yang landai. Desa-desa di daerah ini umumnya desa nelayan dan pedagang. 

c. Kaitan Desa dengan Pola Keruangan serta Sistem Perhubungan dan Pengangkutan 

Berdasarkan Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang Tata Ruang, pengelolaan sumber daya alam yang ada di desa dilakukan melalui pengembangan desa sebagai tata ruang yang merupakan satu kesatuan tata lingkungan dinamis. 

Desa sebagai tata ruang merupakan perpaduan tiga unsur utama pembentukan desa, yaitu daerah, penduduk, dan tata kehidupan. 

1. Daerah atau Wilayah (Area) 
Daerah atau wilayah merupakan wujud tata ruang. Wujud tata ruang suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, air, serta faktor biotik. 
2. Penduduk 
Penduduk adalah unsur yang penting dalam suatu kawasan karena penduduk merupakan tenaga kerja dalam usaha pengembangan suatu wilayah. Sebagai tenaga kerja, penduduk berfungsi sebagai perencana, pelaksana, dan pemakai sumber daya yang terdapat pada suatu kawasan. 
3. Tata Kehidupan 
Tata kehidupan didesa merupakan wujud kehidupan masyarakat desa secara utuh (rural society), berupa tata pergaulan dan ikatan-ikatan yang melatarbelakangi masyarakat desa. Masyarakat desa merupakan peguyuban (gemeinschaft), sehingga ikatan antarwarga sangat erat. Hubungan antarwarga terjalin secara langsung (face to face) sehingga mereka saling mengenal. 

Sistem perhubungan dan sarana transportasi yang ada di kawasan pedesaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: 
a. Topografi 
b. Letak desa terhadap bentang alam atau bentang budaya tertentu, 
c. Fungsi desa bagi kota atau daerah sekelilingnya. 

2. Struktur Ruang Kota 

a. Pengertian Kota 

Kota pada hakikatnya adalah permukiman sekaligus sebagai wadah aktivitas penduduknya. Aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan sangat menentukan pembentukan kota sebagai tata ruang. Kota sebagai tata ruang harus merupakan lingkungan yang dinamis sehingga membutuhkan daya dukung bagi kehidupan penghuninya. 
Karena itulah timbul sifat-sifat tersebut, antara lain sebagai berikut: 
  • 1. Penduduk kota adalah anonim, artinya satu dengan yang lain tidak saling mengenal. Kemudian timbul sifat tidak peduli terhadap sesama manusia lainnya. 
  • 2. Kehidupan kota adalah kehidupan yang berdinamika tinggi 
  • 3. Dengan jumlah penduduk yang besar, penyakit menular sangat cepat menjalar.      
Menurut Prof. Bintarto, kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen. 

Dalam membahas penegrtian kota, ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu sebagai berikut:
  • Urban, yaitu suatu bentuk yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan yang modern 
  • City, yaitu pusat kota 
  • Town, yaitu kota kabupaten 
  • Township, yaitu kota kecamatan 

b. Struktur Ruang Kota 

Berbeda dengan struktur ruang desa, struktur ruang kota keadaannya lebih kompleks. Rumah-rumah tinggal mempunyai ukuran yang berbeda-beda, ada yang luas dan ada yang sangat sempit. Rumah-rumah di kota banyak yang tidak mempunyai halaman sehingga jarak antarrumah sangat dekat. Struktur ruang kota adalah cara mengatur pemanfaatan ruang atau lahan untuk keperluan tertentu, sehingga tidak terjadi pemanfaatan yang tumpang tindih. 

Struktur ruang kota terdiri atas dua bagian, yaitu sebagai berikut:
  • 1. Terencana, misalnya jalan, air, dan listrik 
  • 2. Tidak terencana, merupakan bagian yang tidak termasuk sarana pokok, misalnya perumahan. 

c. Kaitan Kota dengan Pusat Kegiatan, Tata Ruang, serta Pengangkutan dan Perhubungan 

Kota pada hakikatnya adalah keseluruhan unsur-unsur bangunan jalan, dan sejumlah manusia di suatu tempat. Unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan dan saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Kota adalah hasil proses pertumbuhan. Jadi, sebelum sebuah permukiman mencapai suatu ukuran tertentu, belum disebut sebagai kota. 

1. Kaitan Kota dengan Pusat Kegiatan 
Berdasarkan kaitan kota dengan pusat kegiatan, kota dibagi menjadi beberapa jenis kota, di antaranya: 
  • a. Kota satelit Sebuah kota dinamakan kota satelit apabila memenuhi kriteria berikut, yaitu · kota itu terletak dekat dengan sebuah kota yang lebih besar, · warga kota kecil itu sebagian besar memperoleh kehidupan dalam wilayah hukum kota kecil tersebut. 
  • b. Kota mandiri
  • c. Kota wisata 
2. Kaitan Kota dengan Tata Ruang 
Kaitan kota dengan tata ruang pada hakikatnya adalah fungsi kota sebagai permukiman, sekaligus sebagai wadah aktivitas penduduknya. 

3. Kaitan Kota dengan Pengangkutan dan Perhubungan 
Ada dua hal yang melatarbelakangi kaitan kota dengan transportasi, yaitu sebagai berikut: 
  • a. Kota sebagai bentuk tempat pemukiman, sehingga perlu adanya interaksi antara kota dan desa 
  • b. Kota merupakan bentuk tata ruang, sehingga perkembangan dan kuantitas penduduknya memerlukan interaksi antarwarga dalam suatu kawasan kota yang bersangkutan. 

d. Sejarah Pertumbuhan Kota 

  • 1. Kota Pusat Perdagangan Berdasarkan sejarah pertumbuhan kota, kota yang berasal dari pusat perdagangan adalah kota Jakarta. Kota Jakarta sejak dahulu sudah dikenal melalui nama Jayakarta dan Batavia pada masa VOC. 
  • 2. Kota Perkebunan Kota-kota yang terdapat di pulau Jawa dan Sumatra berkembang karena muncculnya usaha perkebunan. Kota-kota seperti Medan, Tanjung Balai, Kisaran, dan Pematang Siantar di Sumatra termasuk kota perkebunan. Hal ini memungkinkan karena di Pulau Sumatra dahulu banyak sekali perkebunan milik Belanda. 
  • 3. Kota Pusat Pertambangan Beberapa hasil tambang di Indonesia memiliki nilai tinggi, Sebelum masa kemerdekaan, hasil barang tambang yang memiliki nilai tinggi adalah emas, intan, dan perak. Tumbuhnya kota Rejang Lebong di Bengkulu, Singkawang di Kalimantan Barat, dan Martapura di Kalimantan Selatan juga disebabkan oleh adanya hasil tambang yang berguna untuk perhiasan. 
  • 4. Kota Pusat Pariwisata Kota yang kaya hasil kebudayaan yang terkenal di Indonesia adalah Yogyakarta, Surakarta, beberapa kota di Bali, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimatan. 

e. Tahap Perkembangan Kota 

Kebijaksanaan dalam pengembangan daerah perkotaan dapat di golongkan sebagai berikut: 
  • 1. Perbaikan lingkungan fisik wilayah permukiman 
  • 2. Perluasan wilayah secara tepat, misalnya dengan membuka lahan-lahan baru. 
  • 3. Perluasan jaringan permukiman, misalnya mendorong pertumbuhan permukiman ke Bekasi, Tangerang, dan lain-lain 
  • 4. Pemekaran kawasan industri ke pinggir kota 
  • 5. Pengadaan sarana dan prasarana di pinggir atau di tengah kota 
  • 6. Pengadaan sarana penampungan sementara untuk menampung arus mudik 
  • 7. Perbaikan pelayanan umum secara bertahap dan semakin luas. 
Tahap perkembangan kota dimulai dari beberapa tahap berikut:
1. Tahap Eopolis, yaitu tahap perkembangan daerah yang sudah diatur ke arah kehidupan kota 
2. Tahap Polis, yaitu tahap perkembangan kota yang masih ada pengaruh kehidupan agraris 
3. Tahap Metropolis, yaitu tahap perkembangan kota yang sudah mengarah ke sektor industri 
4. Tahap Megapolis, yaitu tahap perkembangan kota yang telah mencapai tingkat tertinggi 
5. Tahap Tyranopolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya sudah sulit dikendalikan 
6. Tahap Nekropolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya mulai sepi, bahkan mengarah ke kota mati. 

Tahap perkembangan kota dilihat dari bentuk bangunan dan persebarannya terbagi menjadi empat kota, yaitu sebagai berikut: 
1. Standia Infatile, yaitu bentuk rumah dan toko menjadi satu 
2. Standia Juventile, yaitu bentuk rumah kuno yang diganti menjadi rumah baru 
3. Standia Sinile, yaitu bentuk kemunduran pada kota masing-masing. 
4. Standia Mature, yaitu bentuk rumah yang diatur penyusunannya atau area industri perdagangan 

Pemerintah Republik Indonesia telah membuat penggolongan kota berdasarkan jumlah penduduk, yaitu: 
a. Teori E.W Burgess (konsentrik) 
b. Teori sektoral (Humer Hoyt) Teori ini mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi membentuk sektor-sektor yang lebih bebas 
c. Teori inti ganda (Harris dan Ullman) Teori ini menyatakan bahwa tidak ada urutan-urutan yang teratur dari zona-zona yang terdapat dalam teori konsentris tetapi merupakan inti yang berdiri sendiri.    
Macam-Macam kota: 
  • a. Kota kecil, memiliki jumlah penduduk 20.000-50.000 orang. Contohnya adalah Padang Panjang (32.104 orang). 
  • b. Kota Sedang, memiliki jumlah penduduk 50.000-100.000 orang. Contohnya adalah Sibolga (71.559 orang), Bukittinggi (71.093 orang), Mojokerto (96.626 orang), Palangkaraya (99.693 orang) dan Gorontalo (94.058 orang). 
  • c. Kota Besar, memiliki jumlah penduduk 100.000-1.000.000 orang. Contohnya adalah Padang (477.046 orang), Jambi (301.430 orang) dan Pekanbaru (341.255 orang). 
  • d. Kota Metropolis, memiliki jumlah penduduk di atas satu juta jiwa. Contohnya adalah Jakarta (8.222.515 orang), Bandung (2.025.159 orang), Surabaya (2.410.417 orang), dan Medan (1.685.272 orang). 

3. Perbedaan Struktur Ruang Desa dan Kota 

Semakin maju daerah pedesaan, tata ruangnya semakin tertata dengan baik. Kriteria perkembangan desa dibagi menjadi tiga, yaitu desa swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada. Seperti daerah pedesaan, perencanaan tata ruang di daerah kota juga memerhatikan corak kehidupan penduduknya. 

Daerah perkotaan mempunyai tata ruang yang terencana dengan baik, terutama peningkatan prasarana perkotaan secara terpadu yang meliputi tujuh bidang berikut:
a. Penyediaan air bersih 
b. Drainase yang baik 
c. Pengolahan sampah 
d. Sanitasi lingkungan 
e. Perbaikan kampung 
f. Pemeliharaan jalan kota 
g. Perbaikan prasarana fungsi pasar 

D. Interaksi Wilayah Desa dan Kota 

1. Pengertian Interaksi Desa dan Kota 

Menurut Bintarto (1989), interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan, melalui kontak langsung berita yang didengar atau melalui surat kabar. Pengertian yang lebih sederhana, interaksi adalah hubungan antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala atau masalah baru. Desa berfungsi sebagai daerah belakang (hinterland) perkotaan. Kelebihan tenaga kerja di pedesaan sangat dibutuhkan untuk pembangunan perkotaan. Selain itu, desa juga berpotensi sebagai daerah yang menyediakan dan melayani kebutuhan bahan pangan, bahan perumahan, dan bahan mentah industri yang dibutuhkan penduduk perkotaan. 

Edward Ullman menyatakan ada tiga faktor utama yang mendasari atau mempengaruhi interaksi antarwilayah, yaitu: 
a. adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (Regional Complementary) 
b. adanya kesempatan untuk berintervensi (Intervening Opportunity) dan 
c. adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (Spatial Transfer Ability) 

2. Zona Interaksi Desa dan Kota 

Daerah perkotaan yang berinteraksi dengan pedesaan pengaruhnya sangat tergantung pada jarak desa ke pusat kota. Makin jauh dari pusat kota, makin lemah interaksinya. 

Menurut Bintarto, wilayah-wilayah zona interaksi adalah sebagai berikut: 
  • 1. City: merupakan pusat kota 
  • 2. Suburban (subdaerah perkotaan): suatu daerah yang lokasinya dekat pada pusat kota atau inti kota. Wilayah ini merupakan tempat tinggal para penglaju. 
  • 3. Suburban Fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan): suatu daerah yang melingkari suburban dan merupakan daerah peralihan antara kota dan desa. 
  • 4. Urban Fringe (tepi daerah perkotaan paling luar): semua daerah batas luar kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota, kecuali inti kota 
  • 5. Rural Urban Fringe (jalur batas desa-kota): suatu jalur daerah yang terletak antara daerah kota dan daerah desa yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran antara sektor pertanian dan non pertanian desa. 
  • 6. Rural: merupakan daerah pedesaan zona-zona suburban, suburban fringe, urban fringe, rural urban fringe merupakan daerah-daerah yang memiliki suasana kehidupan modern. Daerah seperti itu dapat disebut daerah perkotaan. Zona-zona itu mengelilingi pusat-pusat daerah kegiatan atau daerah pusat perdagangan (central bussiness district). 

3. Pengaruh Interaksi Desa dan Kota 

Interaksi desa dan kota dapat mendatangkan berbagai pengaruh yang bermanfaat, khususnya bagi penduduk desa. Menurut Bintarto (1989), pengaruh interaksi desa kota ada yang bersifat positif dan negatif. 

Berikut ini adalah pengaruh yang bersifat positif, antara lain sebagai berikut: 
  • a. Pengetahuan penduduk desa meningkat 
  • b. Pengetahuan penduduk desa meningkat 
  • c. Melalui studi pertanian di kota akan diperoleh pengetahuan tentang cara pemilihan bibit unggul. 
  • d. Guru-guru dari kota yang menjadi penggerak warga desa untuk membangun 
  • e. Transportasi yang lebih lancar antara desa kota menyebabkan komunikasi dan pengiriman barang dari desa ke kota atau sebaliknya menjadi lancar pula. 
  • f. Teknologi tepat guna di bidang pertanian dan peternakan 
  • g. Masuknya para ahli di berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan 
  • h. Bantuan dari pemerintah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas di bidang wiraswasta. 
  • i. Pengetahuan masalah kependudukan 
  • j. Berkembangnya organisasi sosial dan koperasi des Selain pengaruh positif, interaksi desa kota dapat menimbulkan pengaruh negatif apabila salah dalam menafsirkan. 

Beberapa kegiatan yang dapat mengarah ke hal-hal negatif sebagai berikut: 
1. Modernisasi kota (misalnya kontes-kontes kecantikan) dikhawatirkan dapat mengubah cara hidup gadis-gadis 
2. Pengaruh TV, khususnya film-film yang berbau seks, jika salah dalam menafsirkan akan berbahaya. 
3. Terbukanya kesempatan kerja dan daya tarik kota di berbagai bidang, telah menyerap tenaga kerja muda dari desa. Hal itu menyebabkan tenaga kerja yang potensial (di desa) sangat berkurang 
4. Perluasan kota dan masuknya orang-orang kota (berharta) ke desa telah mengubah tata guna lahan di desa. 
5. Masuknya kehidupan kota yang kurang sesuai dengan kebudayaan atau tradisi desa. 
6. Masalah lain yang mungkin timbul akibat adanya interaksi desa kota adalah pengangguran 
7. Munculnya daerah kumuh (slum area) Perhatikan skema Arus Dampak Interaksi Kota dan Desa berikut: 

8. Teori-teori interaksi kota: 

a. Gravitasi 
 









b. Grafik 










c. Titik Henti 
 












d. Potensi Penduduk 












9. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi kota antara lain: 
  • a. Terdapatnya wilayah-wilayah yang saling melengkapi 
  • b. Kesempatan intervensi antar wilayah 
  • c. Kemudahan pindah ruang 

10. Perbedaan pola keruangan desa dan kota


E. Pusat Pertumbuhan 

1. Pengertian 

Pusat pertumbuhan merupakan suatu kawasan yang perkembangannya sangat pesat sehingga dapat mempengaruhi daerah sekitarnya untuk berkembang.
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah wilayah sehingga menjadi pusat pertumbuhan adalah: 
  • a. Alam  
  • b. Ekonomi 
  • c. Industri 
  • d. Sosial
  • e. Infrastruktur 

2. Wilayah Pembangunan

Pusat pertumbuhan di Indonesia dibagi menjadi 10 wilayah pembangunan dan 4 wilayah pembangunan utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini: 


F. Perindustrian 

1. Pengertian 

Industri adalah segala aktivitas manusia di bidang ekonomi yang menghasilkan barang atau jasa. Di dunia negara-negara yang perekonomiannya bantuan pada industri adalah negara-negara maju yang tergabung dalam G-8 (AS, Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Italia, Jepang, dan Rusia). 

2. Klasifikasi Industri

Dibedakan menurut:
 
a. Departemen Perindustrian dan Perdagangan, yaitu: 
Industri Kimia Dasar ––>pupuk, kertas, pulp, bahan peledak 
Industri Logam Dasar ––> perkakas, peralatan, pertanian, otomotif 
Aneka Industri ––> Industri pangan, tekstil, bahan bangunan 
Kelompok Industri Kecil ––> minyak goreng curah, anyaman 
Industri Pariwisata ––> Perhotelan 

b. Sumber bahan baku, yaitu:
  • Ekstraktif 
  • Non Ekstraktif 
  • Fasilitatif 
c. Jumlah tenaga kerja, dapat dilihat dari grafik: 







d. Modal yang digunakan, yaitu: 
  • Padat Modal 
  • Padat Karya 
e. Produktifitas Perorangan dalam industri, yaitu: 
  • Primer 
  • Sekunder 
f. Lokasi, yaitu 
  • Berorientasi pada pasar 
  • Berorientas pada tenaga kerja 
  • Berorientasi pada tempat pengolahan 
g. Berdasarkan Tahapan Industrinya: 
  • Industri Hulu 
  • Industri Hilir 
h. Berdasarkan hasil produksi: 
  • Industri Berat 
  • Industri Ringan 

3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat 

Faktor-faktor pendukung dan penghambat perindustrian di Indonesia dapat dilihat dalam tabel berikut: 



4. Teori Lokasi 

Lokasi industri dalam hal ini adalah aktivitas pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi yang ditetapkan berdasarkan berbagai macam orientasi, terutama orientasi biaya transportasi yang rendah. Teori lokasi yang menekankan pada biaya transportasi minimum dikemukakan oleh Alfred Weber. 

Dari Teori Lokasi Weber dapat ditentukan Indeks Material, dengan persamaan: 

                                Ongkos Bahan Mentah
Indeks Material = –––––––––––––––––––––– 
                                 Ongkos Produk

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Interaksi Spacial - Geografi - Kelas XII"

Post a Comment